Kamis, 06 Desember 2012
Mungkinkah Palestina dan Israel Damai?
Mungkinkah Palestina dan Israel Damai?
Israel—la’natullah ‘alaihim—tidak henti-hentinya membombardir Palestina. Beberapa kepentingan umum dilumpuhkan Univesitas yang diklaim Israel sebagai basis kekuatan Hamas juga dihanguskan.
Serangan yang dilancarkan Israel beberapa bulan yang lalu merupakan serangan yang terparah. Anak-anak dan para wanita tidak bersalah juga menjadi korban kebiadaban Israel. Tetapi zionis Israel itu seperti merasa tidak bersalah.
Di dalam Al-Qu’an dikatakan bahwa Yahudi adalah suatu kaum yang tidak akan pernah ridha kepada umat Islam, sampai umat Islam mengikuti agama mereka. “Dan orang-orang Yahudi dan nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah” (QS Al-Baqarah: 120).
Ayat tersebut menegaskan bahwa perdamaian antara Palestina dan Israel sulit terealisasikan. Kedua belah pihak mempunyai ideologi yang saling bertentangan.
Wacana damai yang didengungkan oleh Presiden Obama dan pemimpin lainnya hanyalah retorika untuk menarik simpati masyarakat. Damai dalam arti sesungguhnya tidak mungkin ada. Dalam hal ini, Iran adalah negara yang begitu tegas dalam mengehntikan konflik, yaitu penghapusan legitimasi akan eksistensi Israel.
Ada beberapa alasan mendasar yang membuat perdamaian antara Palestina dan Israel tidak mungkin tercipta.
Pertama, tanah yang dimiliki Israel adalah milik Palestina, sehingga perdamaian dalam bentuk apa pun yang ditawarkan tidak mungkin bisa diterima Palestina. Logika siapa pun tidak akan menerima, jika haknya diambil kemudian diajak berdamai, namun haknya tetap menjadi milik orang lain. Begitupun dengan Palestina, khususnya pihak Hamas. Tidak terima bila tanah mereka menjadi milik Israel. Oleh karena itu, untuk meredakan konflik Palestina dan Israel adalah dengan mengembalikan semua tanah Palestina.
Kedua, watak Yahudi yang suka mengingkari janji. Hal ini dilihat dari berbagai perjanjian yang selalu diingkari Israel.
Ketiga, alasan ideologi. Yahudi meyakini bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Sehingga cara apapun akan mereka lakukan untuk menguasai Palestina. Alasan ideologis ini merupakan justifikasi dan legalitas dari agama Yahudi dalam pendirian negara eklusif (Yahudi), dan hanya diperuntukkan bagi bangsa Yahudi saja. Sehingga warga Palestina terusir dari tanah mereka sendiri ketika Yahudi memproklamasikan negaranya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar